Perkutut Mercu Jiwo merupakan salah satu jenis perkutut katuranggan yang populer di kalangan pecinta burung anggungan. Dalam tradisi Jawa, katuranggan mengacu pada ciri fisik atau tanda khusus yang diyakini membawa tuah tertentu. Burung ini banyak diburu karena dipercaya memiliki energi spiritual tinggi serta daya pengasihan yang kuat.
Ciri-Ciri Perkutut Katuranggan Mercu Jiwo
Ciri paling menonjol dari Perkutut Mercu Jiwo adalah warna kuning pada mata. Warna kuning tersebut melingkar di bagian dalam kornea matanya. Ini yang membedakannya dari jenis perkutut lain seperti Perkutut Rondo Semoyo, yang warna kuningnya terletak di bagian luar mata atau pelipis.
Perlu dicatat bahwa perkutut yang berasal dari daerah Nusa Tenggara dan Bali juga memiliki mata berwarna kuning, namun letaknya di luar bola mata. Oleh karena itu, penting untuk mengenali letak warna kuning ini agar tidak keliru dalam mengidentifikasi katuranggan Mercu Jiwo.
Mitos dan Tuah Perkutut Mercu Jiwo
Di balik ciri mathinya, Perkutut Mercu Jiwo dipercaya memiliki tuah yang kuat dalam hal pengasihan, kebijaksanaan, dan keluhuran jiwa. Namun lebih dari sekadar mitos, katuranggan ini menyimpan pesan filosofis yang mendalam.
Secara harfiah, kata "Mercu" berarti puncak atau luhur, sedangkan "Jiwo" berarti jiwa. Maka Mercu Jiwo dapat dimaknai sebagai jiwa yang luhur. Warna kuning pada mata merepresentasikan pandangan hidup yang bijaksana. Artinya, seseorang hanya bisa mencapai keluhuran jiwa apabila memiliki pandangan hidup yang arif dan penuh welas asih.
Filosofi Katuranggan Mercu Jiwo
Perkutut bukan hanya burung peliharaan biasa. Dalam pandangan leluhur kita, setiap ciri mathi perkutut membawa petuah dan filosofi kehidupan. Mercu Jiwo merupakan perwujudan ajaran untuk selalu menjaga kejernihan hati dan kebijaksanaan dalam bertindak.
Mewarisi dan merawat Perkutut Mercu Jiwo bukan hanya soal memelihara fisiknya, tetapi juga tentang meneladani nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Jiwa yang luhur dan pandangan hidup yang bijaksana adalah kunci dalam membangun kehidupan yang harmonis.
Penutup
Demikian ulasan mengenai ciri dan mitos Perkutut Katuranggan Mercu Jiwo. Semoga dapat menambah wawasan Anda dalam dunia perkututan. Percaya atau tidaknya terhadap tuah burung ini, kembali kepada keyakinan masing-masing.
Kita sebagai generasi penerus hendaknya turut nguri-uri (melestarikan) kearifan lokal ini, karena di balik bentuk fisik seekor burung, tersimpan ajaran luhur yang relevan hingga kini.
Baca juga:
Jika Anda memiliki pendapat lain, silakan tinggalkan komentar untuk saling melengkapi. Artikel ini disusun berdasarkan sumber lokal, wawasan budaya, dan pemahaman pribadi penulis. Wallahu a'lam.