Dalam memelihara burung perkutut, ada keyakinan bahwa beberapa jenis katuranggan baik dipelihara dan ada juga yang tidak baik. Keyakinan ini diwariskan secara turun-temurun, meskipun kini mulai banyak yang meninggalkannya.
Untuk jenis perkutut yang tidak baik dipelihara, Anda dapat membaca Jenis Perkutut yang Tidak Baik Dipelihara. Salah satunya adalah perkutut katuranggan Brahma Labuh Geni.
Brahma Labuh Geni merupakan salah satu jenis burung perkutut yang dikenal dalam ilmu katuranggan. Dalam tradisi Jawa, katuranggan adalah ilmu untuk membaca makna dari ciri fisik dan perilaku burung perkutut. Suara anggungan perkutut pun dianggap membawa pesan atau nasihat tersirat.
Mengenal Ciri Perkutut Brahma Labuh Geni dan Mitosnya
Setiap burung memiliki ciri khas dari segi bentuk tubuh, warna, dan cara manggung. Namun, menurut pemahaman katuranggan, ada burung yang memiliki ciri mathi, yaitu tanda khusus yang dipercaya membawa pengaruh terhadap nasib pemiliknya.
Jenis Brahma Labuh Geni memiliki bulu berwarna merah yang tampak jelas pada bagian sayap dan kakinya. Warna merah ini melambangkan unsur api. Dalam budaya Jawa, api memiliki makna ganda—sebagai penyokong kehidupan, tetapi juga dapat menjadi penyebab musibah bila tidak dikendalikan.
Perumpamaannya seperti api kompor yang berguna untuk memasak, namun jika dibiarkan menyala dalam ruangan tertutup tanpa pengawasan, dapat menimbulkan kebakaran. Begitulah filosofi yang melekat pada jenis perkutut ini.
Mitos Mengenai Burung Perkutut Jenis Brahma
Karena lambang apinya, perkutut Brahma Labuh Geni diyakini tidak cocok untuk dipelihara. Mitosnya, burung ini membawa kesialan dan malapetaka yang terus-menerus kepada pemiliknya. Nama "Brahma" berarti api, "labuh" berarti patuh, dan "geni" juga berarti api—secara harfiah menggambarkan api yang tunduk pada api, atau kekuatan yang bisa saling membakar satu sama lain.
Meski begitu, ada juga yang berkeyakinan bahwa semua perkutut baik untuk dipelihara, seperti disebutkan dalam perkutut pembawa rejeki. Semua kembali pada keyakinan masing-masing pemelihara.
Yang terpenting, kita tetap meyakini bahwa segala hal yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Tuhan Yang Maha Esa.